Source: bp.blogspot.com |
Semua pasti pada tahu dong,
yang namanya Earth Hour. Itu lho, suatu perayaan dalam satu hari, yang selalu
digelar pada hari Sabtu, pada akhir Maret, mengenai aktivitas minimalisir
penggunaan listrik dalam rangka menyelamatkan bumi. Yup, bener banget! Yang
namanya minimalisir penggunaan listrik, sudah jadi salah satu langkah praktis
yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi, namun memiliki dampak positif
yang besar.
Salah satu sekolah tinggi
ilmu komunikasi di Jakarta, STIKOM – The London School of Public Relations,
juga merayakan Earth Hour secara besar-besaran, dengan diberi nama
Greenmagination. Dimulai dari seminar mengenai penghematan listrik untuk
menyelamatkan bumi, di siang hari, dan dilanjutkan dengan konser, di sore
hingga malam harinya.
Dikutip dari Yahoo! News
Indonesia, ternyata acara Earth Hour memiliki banyak fakta-fakta unik, yang
sangat menarik untuk diketahui. Berikut beberapa keunikan tersebut.
1. Logo
60+
Sumber: wordpress.com |
Pada
awalnya, logo Earth Hour hanyalah berupa angka 60 bermotif bumi. Hal ini
berarti aksi 60 menit Earth Hour dalam rangka menyelamatkan bumi. Namun sejak
tahun 2011, logo tersebut menambahkan tanda + (plus), dengan tujuan untuk
mendorong publik untuk melakukan aksi lanjutan Earth Hour. WWF pun mendukung hal
tersebut, karena mereka juga berharap aksi Earth Hour (pemadaman lampu selama
60 menit) tidak hanya terjadi selama 60 menit saja. Tetapi juga bisa terus
dilanjutkan sehingga menjadi gaya hidup
2. Selalu
digelar pada hari Sabtu
Sumber: sourcelink.com |
Kalau kita perhatikan, Earth
Hour paling sering dilakukan pada menjelang atau akhir minggu, yang mayoritas
pada hari Sabtu. Memang, Earth Hour sebenarnya tidak punya hari spesifik dalam
perayaannya, tetapi hari Sabtu dipilih karena hari tersebut merupakan hari
santai bagi masyarakat. Maksudnya adalah, pada hari Sabtu, umumnya masyarakat
tidak bekerja, keesokan harinya (Minggu) pun masih termasuk hari libur,
sehingga mereka masih dapat beristirahat setelah merayakan Eart Hour. Pada hari
Sabtu, juga banyak masyarakat yang menghabiskan waktu di rumah, sehingga
kemungkinan besar mayoritas masyarakat dapat ikut berpartisipasi sekaligus
mempererat hubungan satu sama lain.
3. Perayaannya
selalu pada akhir Maret, pada pukul 20.30 sampai 21.30
Sumber: 680news.com |
Ternyata, pemilhan akhir
bulan Maret sebagai perayaan Earth Hour dikarenakan pada akhir bulan tersebut
sedang terjadi pergantian musim dan memiliki suhu udara yang nyaman. Sehingga,
masyarakat cenderung akan mematikan pemanas maupun pendingin ruangan.
Selain itu, waktu pelaksanaannya pada pukul 20.30 sampai 21.30 dikarenakan hampir semua belahan dunia sudah cukup gelap, sehingga efeknya akan lebih terasa. Karena apabila di waktu lain, terdapat beberapa negara, dimana masih terang pada pukul tersebut.
Selain itu, waktu pelaksanaannya pada pukul 20.30 sampai 21.30 dikarenakan hampir semua belahan dunia sudah cukup gelap, sehingga efeknya akan lebih terasa. Karena apabila di waktu lain, terdapat beberapa negara, dimana masih terang pada pukul tersebut.
4. Alasan
pemilihan Jakarta sebagai kota utama pelaksana Earth Hour
Sumber: helloasia.travel |
Sebagai ibu kota negara
Indonesia, sudah pasti menjadikan Jakarta sebagai kota sibuk, yang tentunya
sangat boros listrik. Masih dikutip dari Yahoo! News Indonesia, ternyata
berdasarkan data konsumsi listrik tahun 2008, sebanyak 23% konsumsi listrik Indonesia
lebih terfokus pada DKI Jakarta dan Tangerang. Sebenarnya, apabila dilakukan
perbandingan antar pulau, wilayah Jawa dan Bali lah yang merupakan konsumen
listrik terbesar, yaitu sebanyak 78%. Selain itu, masih terdapat 29 kota
lainnya yang melaksanakan Earth Hour, tetapi karena Jakarta berstatus sebagai
ibu kota dan memiliki bangunan ikonik yang dapat dipadamkan, maka kota inilah
yang dijadikan tempat utama pelaksanaan Earth Hour.
5. Apakah
manfaatnya?
Sumber: xcitefun.net |
Nyatanya, aksi pemadaman
lampu, meskipun hanya satu jam ini memiliki dampak besar terhadap
bumi.kebanyakan energi listrik yang kita konsumsi, rata-rata berasal dari
pembakaran sumber daya yang tidak baru, antara lain adalah minyak bumi dan gas,
yang terbilang sangat langka, dan menghasilkan emisi yang dapat memberikan efek
pemanasan global dalam pembakarannya. Cara yang digunakan guna mencegah
pemanasan global tersebut, antara lain adalah dengan efisiensi energi dan
konversi energi ke sumber daya yang masih terbarukan. Nah, Earth Hour merupakan
salah satu pelaksanaan efisiensi energi secara sederhana.
Apabila sebagian masyarakat, meskipun dalam persentasi kecil seperti 10%, menghemat listrik saat Earth Hour, maka energi-energi yang dihemat tersebut, dapat disalurkan kepada desa-desa yang membutuhkan tenaga listrik lebih, dan mengurangi pembakaran emisi, sehingga menyediakan oksigen lebih kepada masyarakat lainnya dan memberikan waktu kebada bumi untuk menghasilkan oksigen lebih banyak.
Apabila sebagian masyarakat, meskipun dalam persentasi kecil seperti 10%, menghemat listrik saat Earth Hour, maka energi-energi yang dihemat tersebut, dapat disalurkan kepada desa-desa yang membutuhkan tenaga listrik lebih, dan mengurangi pembakaran emisi, sehingga menyediakan oksigen lebih kepada masyarakat lainnya dan memberikan waktu kebada bumi untuk menghasilkan oksigen lebih banyak.
Meskipun terbilang kecil,
tetapi apabila orang yang melaksanakan berjumlah banyak, maka manfaatnya akan
banyak juga. Kita pun juga memberikan waktu bagi bumi untuk bernafas sejenak.
Nah, makanya. Mari kita jadikan Earth Hour bukan hanya
sebagai perayaan, tapi juga sebagai gaya hidup. Karena kita bisa menyelamatkan bumi
dengan cara yang praktis. Dijamin deh, pemadaman bergilir lama kelamaan akan
hilang.
Sumber (Yahoo! News Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar